Senin, 09 November 2009

PRODUKSI BENIH PADI di PROVINSI BANTEN

Produksi Benih Padi di Provinsi Banten
Benih bukan hanya sekedar bahan tanam, tetapi juga merupakan salah satu sarana pembawa teknologi (delevery system) yang mengandung potensi genetik untuk meningkatkan produksi tanaman. Melalui penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mempunyai mutu produk yang sesuai serta diaplikasikan pada skala luas akan memberikan dampak pada peningkatan produksi dan kualitas produk. Hal tersebut dapat dicapai jika ditunjang dengan sistem perbenihan yang handal sehingga mampu menyediakan benih dengan enam tepat persyaratan yaitu tepat waktu, varietas, mutu, jumlah , lokasi dan harga.
Kegiatan produksi benih menggunakan teknologi baku/standar sehingga mutu benih yang dihasilkan terjamin. Secara umum penangkaran benih di Provinsi Banten menggunakan konsep PTT yang yang dipadukan dengan prinsip produksi benih yaitu meliputi : 1) pemilihan lokasi (aksesibilitas dan ketersediaan infrasturuktur), 2) penanaman (sistim legowo 2:1, 1 bibit per lubang, umur 15-21 hari), 3) pemupukan N dengan BWD, P dan K berdasarkan hasil analisa tanah, 4) pengelolaan hama dan penyakit terpadu, 5) roguing (stadia vegetatif awal dan akhir, serta stadia generatif awal dan akhir), 6) panen, 7) pengolahan benih dan pengemasan benih. Benih sumber padi yang ditangkarkan meliputi benih dasar (FS) dan benih pokok (SS). Varietas benih yang ditangkarkan meliputi varietas Cigeulis, Ciherang, Gilirang, Mekongga, Cibogo, Ciapus, Situ Bagendit, dan Bondoyudo. Lokasi penangkaran benih di Kabupaten Serang (Kecamatan Ciruas, Kasemen dan Carenang), Kabupaten Pandeglang (Kecamatan Banjar, Cimanuk, dan Jiput), serta Kabupaten Lebak (Kecamatan Cibadak dan rangkasbitung).
Secara umum produktivitas benih padi antar kabupaten berbeda. Nilai produktivitas antar Kabupaten yang tertinggi ke terendah berturut-turut adalah Kabupaten Lebak (4,48 t/ha), Pandeglang (4,44 t/ha) dan Serang (3,27 t/ha). Sedangkan produktivitas tertinggi dihasilkan oleh varietas Bondoyudo (4,85 t/ha) disusul oleh Mekongga (4,76 t/ha), Cigeulis (4,73 t/ha), Gilirang (4,31 t/ha), Ciherang (3,94 t/ha), Situ Bagendit (3,84 t/ha), Cibogo (3,66 t/ha), dan terendah adalah varietas Ciapus (2,26 t/ha). Selain produktivitas, juga dilakukan pengujian minat petani terhadap varietas padi yang ditangkarkan. Kecenderungan minat petani terkonsentrasi pada varietas Gilirang (64,58 %) diikuti varietas Ciherang dan Cigeulis (61,90 %), Situ Bagendit (52,78 %), Mekongga (45,61 %), Ciapus (40,47 %), Bondoyudo (38,68 %) dan Cibogo (37,99 %).
#Pepi Nur Susilawati, Sri Kurniawati, dan Ratna Wulanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar